April 24, 2014

KKNI dan ABET

Saat ini, aku dan temen2 prodi lagi coba menyusun kurikulum mengacu KKNI. Kepanjangannya adalah Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, dan dari referensi yang kubaca, diharapkan adanya KKNI dapat mengubah cara pandang kompetensi seseorang, tidak lagi semata pada ijazah, tapi juga melihat kerangka kualifikasi yang disepakati secara nasional sebagai dasar pengakuan terhadap hasil pendidikan seseorang (formal, non formal, atau in formal).

Awalnya sempet bingung menerjemahkan level 5 KKNI (program Diploma 3) ke kurikulum kami. Setelah menyimak penjelasan narasumber yang kami undang akhir Januari lalu dan melengkapinya dengan membaca beberapa referensi dari internet, jadi mulai 'agak' paham apa maksud capaian pembelajaran atau learning outcomes pada level 5 KKNI, bagaimana cara merumuskannya dan menurunkannya ke kurikulum.

Sepertinya capaian pembelajaran itu ya .. kompetensi, tapi lebih komprehensif, berikut definisi masing-masing sesuai referensi yang kubaca :
(1) capaian Pembelajaran (learning outcomes) merupakan internalisasi dan akumulasi ilmu pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan kompetensi yang dicapai melalui proses pendidikan yang terstruktur dan mencakup suatu bidang ilmu/keahlian tertentu atau melalui pengalaman kerja.
(2) sedangkan kompetensi adalah akumulasi kemampuan seseorang dalam melaksanakan suatu deskripsi kerja secara terukur melalui asesmen yang terstruktur, mencakup aspek kemandirian dan tanggung jawab individu pada bidang kerjanya.

Nah berikut capaian pembelajaran level 5 KKNI :
















IMHO, berikut rangkuman langkah-langkah menyusun kurikulum D3 mengacu KKNI 'versi pemahamanku' dari hasil menyimak paparan narasumber dan beberapa referensi yang kubaca :
  1. Berdasarkan analisa SWOT dan tracer study, buat rumusan profil lulusan yang diharapkan, kemudian rumuskan turunannya yaitu rumusan capaian pembelajarannya.
  2. Tetapkan mata kuliah bersama (untuk semua prodi) dan mata kuliah yang mendukung visi misi serta menjadi ciri khas institusi dan prodi. Contoh, di tempat kami ada mata kuliah Kedisiplinan, Job Preparation, dan mata kuliah pendukung soft skills lainnya.
  3. Menetapkan mata kuliah-mata kuliah yang relevan dengan rumusan tersebut di atas, dengan cara sebagai berikut : 
    • Review semua mata kuliah dalam kurikulum yang sedang berjalan, tandai yang masih relevan dengan rumusan capaian pembelajaran, salin dalam tabel kurikulum yang baru.
    • Jika ada mata kuliah dalam transkrip yang dianggap tidak relevan dengan rumusan capaian pembelajaran, lalukan penghapusan/penggantian, dan catat perubahan tersebut.
    • Perhatikan bobot SKS dan turunan Jam Pelajaran (JP) nya. Sejauh yang kutahu, pada politeknik / pendidikan vokasi : 1 SKS teori = 1 JP, 1 SKS praktek = 2 JP, dan untuk PKL/ OJT (On The Job Training) 1 SKS nya= 4 JP. 
    • Beberapa unsur penentu untuk memperkirakan besaran SKS antara lain : metode/strategi pembelajaran yang dipilih, tingkat kedalaman dan keluasan bahan kajian yang harus dikuasai, dan besarnya sumbangan ‘capaian pembelajaran’ mata kuliah dalam kerangka pencapaian learning outcomes lulusan.
    • Perhatikan batas maksimal SKS yang telah ditentukan (untuk D3 = 120 SKS)
    • Jika ada mata kuliah pendukung kompetensi yang belum masuk dalam kurikulum, masukkan sebagai suplemen diploma (mata kuliah nol SKS) yang dapat diterbitkan Surat Keterangan Pelengkap Ijazah (SKPI) jika mahasiswa telah menempuh dan atau lulus mata kuliah tersebut.
Bisa juga dibuat tabulasi pembentukan mata kuliah dengan kolom-kolom : rumusan capaian pembelajaran dan bahan kajian, kemudian kolom bahan kajian dibagi lagi dalam beberapa kelompok mata kuliah.

Lebih bagus lagi jika kurikulum yang disusun bisa disesuaikan dengan standar ABET (Accreditation Board for Engineering and Technology). ABET merupakan lembaga akreditasi independen dari Amerika Serikat yang mengakreditasi program pendidikan bidang teknik. Jika dibuat tabulasi dengan standar ABET (EC 2000 General Criteria - Criterion 3. Program Outcomes and Assessment), tahapannya ada 11 yaitu A - K, dan sepertinya unsur soft skills juga dominan di dalamnya. Ternyata soft skills adalah 'nutrisi pendidikan' yang sangat diperhatikan ya.. (baca juga postingan sebelumnya di http://uce-indahyanti.blogspot.com/2010/08/sop-kikil-eh-soft-skill.html).

Berikut uraian tahapan A-K standar ABET :
  •     A - an ability to apply knowledge of mathematics, science, and engineering
  •     B - an ability to design and conduct experiments, as well as to analyze and interpret data
  •     C - an ability to design a system, component, or process to meet desired needs within realistic constraints such as economic, environmental, social, political, ethical, health manufacturability, and sustainability and safety
  •     D - an ability to function on multidisciplinary teams 
  •     E - an ability to identify, formulate, and solve engineering problems 
  •     F - an understanding of professional and ethical responsibility 
  •     G - an ability to communicate effectively 
  •     H - the broad education necessary to understand the impact of engineering solutions in a global, economic, environmental, and societal context 
  •     I - a recognition of the need for, and an ability to engage in life-long learning 
  •     J - a knowledge of contemporary issues 
  •     K - an ability to use the techniques, skills, and modern engineering tools necessary for engineering practice. 
Demikian, semoga bermanfaat ....

Tidak ada komentar: